Kamis, 21 Juli 2016

Reborn After 4 Years: My Life's Journey and Dreams

Hi guys! i mean, hi to my old bloggie. It's great to be back. Since there's too many changes on these last 4 freaking years (re: Puberty), i've decided to open again this blog and i am ready to tell you guys some of my stories and i mean by 'random stuffs'. So, enough with the opening chitchat and let's start to read my stories, guys. Check it out!

 2014-2015.


Setahun, dua tahun belakangan ini menurut aku merupakan tahun-tahun terberat. Masuk ke SMA yang bisa dibilang cukup baik untuk mengajarkan siswa-siswanya, tempat yang dibilang cukup baik pula until bersosialisasi. But, my reality is, that aku sebenernya cukup tertutup untuk teman se-Angkatan. Apalagi ke kakak tingkat dan adik tingkat lagi boro-boro. Pindah ke kota yang terbilang cukup asing buat aku jadi salah satu faktornya. Belum lagi tekanan dari banyak pihak yang mendorong untuk fokus belajar dan tidak aktif dalan berorganisasi. Well yah pada akhirnya aku memasuki ke sebuah tempat les yang dapat juga dikatakan salah satu tempat les terbaik di daerahku. Bukan berniat sombong, tapi di tempat les ini, anak-anak yang menjadi muridnya rata-rata adalah seorang anak dengan latar belakang yang berada. Tempat dimana otak mereka benar-benar dikuras habis juga memakan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru pengajar ataupun soal-soal pada buku modul. Soal-soal yang cukup membuat kita rasanya ingin tidur saja tiap melihatnya.

Kalian bertanya bagaimana aku bertahan disana?

Harapan orangtua.

Cukup menjawab pertanyaan bukan? Sebuah harapan yang dititipkan orangtua ku kapada Tuhan agar anaknya bisa sukses diterima PTN. Sebuah harapan yang benar-benar seperti menaruh beban di pundak. Setidaknya itu mungkin sebuah ungkapan yang bisa dikatakan anak pesimis seperti aku.
And the next thing is aku benar-benar menaruh harapan dan usaha besar untuk dapat mengabulkan permintaan orangtuaku.

Which at the end, reality is reality.

Di saat aku menaruh banyak harapan setelah masuk ke les sana-sini, reality really crush me down to the ground. Either SNMPTN, SBMPTN dan Ujian Mandiri, aku banyak gak keterima di universitas-universitas negeri.

What kind of human kind yang gak sedih dipukul sama realita yang cukup kejam?

Apalagi aku makin terbebani rasa bersalah ke orang tua dan rasa tanggungjawab aku sebagai anak pertama. Pengen kali waktu itu orangtua bisa nangis bahagia dengan berhasil meloncat ke batu yang cukup jauh untuk kesuksesan anaknya. But that moment doesn't come to me. Pretty awful, rite?

Setelah mungkin aku semakin sadar kalo mengeluh dengan frustasi ke dire sendiri terus-terusan gak ada gunanya, akhirnya aku mengambil tawaran kuliah di sebuah Politeknik ternama di daerah ku dimana tempat itu sudah kujadikan cadangan kuliah kalo bener-bener harapan aku ke Universitas Negeri sirna. Cukup sedih sebenarnya ketika di awal-awal waktu tersebut, dimana kulihat teman-teman ku dapat menyelesaikan S1 mereka hanya dengan 4 tahun dan aku terpaksa melanjutkan kuliah dengan mengambil D3 dengan 3 tahun ditambah lagi sekitar 2 tahun untuk menyelesaikan S1 ku.

Dan disinilah aku menimba ilmu. Dunia perteknikan yang bahkan tak pernah kupelajari sebelumnya. Well, ku pikir aku bisa belajar hal baru di tempat baru dan akhirnya memulai kisah baruku sebagai Mahasiswa.
.
.
.
.
And you think my story is ended just like that?
well guess what, itu baru awal mula dimana yang selama ini kupikirkan berbeda 180 derajat dengan realita sebenarnya.

Masuk kuliah pertama-tama tentu masih ogah-ogahan. Entah itu efek libur berkepanjangan or akunya masih setengah hati masuk ke jurusan yang tak pernah kubayangkan untuk melanjutkan ilmu or pikiran yang bergolak ingin berhenti saja kuliah di kampus itu.  Ditambah lagi dengan dunia per-OSPEK-an yang terkenal keras di dunia perteknikan. Faktor-faktor tersebut akhirnya benar-benar mempengaruhi konsentrasi belajar sehingga nilai IPK semester 1 ku benar-benar buruk sekali.

Begitu memasuki semester 2, akhirnya setelah ospek selesai aku makin memantapkan diri untuk mulai fokus belajar dan memperbaiki nilai semester pertama. Lagi-lagi realita menghantam. Yahh, mata kuliah yang semakin sulit membuatku kesulitan karena dasar-dasar ilmu ku yang tidak kuat dan ya, IPK semester kembali lebih buruk dari semester 1.

Dan untuk pertama kalinya, aku nangis. Nangis sama nilai. Nangis sama kenapa aku gak belajar dasar pada awal-awal pembelajaran. Nangis kenapa aku gak bisa ngelakuin lebih baik di saat semua orang bisa ngelakuin dengan baik. Nangis kenapa gaada yang berhasil setelah 12 tahun pembelajaran wajib dan ngerasa semua itu sia-sia. Nangis kenapa setiap usaha yang aku coba selalu gagal. Nangis kenapa aku lebih banyak mengeluh daripada berusaha pada saat itu. Nangis karena merasa masih belum bisa bahagiain orang tua walaupun sudah cukup umur untuk bertanggungjawab dengan hidup mereka.






2016.
Kamis, 21 Juli.

Buat diri saya di masa depan,
Sekarang cukup tinggalin semua penyesalan di tahun-tahun sebelumnya. Coba mulai lebih bisa berusaha dengan keras buat ngelakuin apa yang mau kamu lakuin sekarang. Kalo lagi males coba pikirin lagi harapan-harapan orangtua yang masih belum kamu kabulkan. Berhenti memikirkan hal-hal yang mengganggu jalanmu. Karena apa yang menjadi milikmu pada akhirnya akan kembali padamu. So stop thinking on other plans that unnecessary. Mari mencoba lagi dan terus mencoba lagi. Mulailah dengan menjadi berfikiran positif, menambah rasa kepercayaan diri dan menambah wawasan lagi. Mulailah segala sesuatu dengan berdoa arena sesungguhnya setiap langkah dapat menjadi jalan kesuksesan dan  Tuhan tentulah satu-satunya yang dapat menuntunmu ke jalan tersebut. Tak lupa bersyukurlah kepada orang-orang di sekelilingmu. Yang peduli padamu, yang mau mengulurkan tangannya saat kamu terjatuh, yang mau berbagi tak hanya kebahagiaan tapi kesedihan juga denganmu. Karena itu banyak-banyak mencari teman yang benar-benar bisa menjadi tempat beristirahat di jadwal yang padat. Sesungguhnya aku hanya berharap semoga di Semester 3 hingga hari kelulusan maupun hingga hari-hari seterusnya, aku lebih bisa menyadari hal-hal penting dan semoga nilai academie mulai mengalami peningkatan terus menerus. Aamiin aamiinn yaa Robbal alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar